Diet Intermittent: Manfaat, Risiko, dan Cara Efektif Melakukannya

Hadi M Assegaf
0

 Diet intermittent atau intermittent fasting (IF) telah menjadi salah satu metode diet yang populer di kalangan masyarakat dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu contoh sukses yang menjadi perhatian adalah kisah aktris dan penyanyi Marshanda, yang berhasil menurunkan berat badan hingga 17 kg dengan metode ini. Ibu satu anak ini mengungkapkan bahwa intermittent fasting tidak hanya membantunya mencapai berat badan ideal, tetapi juga meningkatkan kesehatannya secara keseluruhan. Kisah inspiratif Marshanda ini membuktikan bahwa diet intermittent bisa menjadi pilihan yang efektif bagi mereka yang ingin menurunkan berat badan secara sehat. Namun, sebelum memulai diet ini, penting untuk kita memahami cara kerjanya, manfaatnya, serta risiko yang mungkin timbul.

Ilustrasi : waktu makan

Apa Itu Diet Intermittent?  

Diet intermittent bukanlah diet dalam arti tradisional di mana Anda membatasi jenis makanan tertentu. Sebaliknya, ini adalah pola makan yang melibatkan periode puasa yang diatur dengan waktu tertentu. Beberapa metode populer dalam diet intermittent antara lain:

 

1.  Metode 16/8 : Ini adalah metode yang paling umum, di mana Anda berpuasa selama 16 jam dan makan selama 8 jam. Misalnya, jika Anda makan terakhir pukul 8 malam, Anda baru akan makan lagi pukul 12 siang keesokan harinya.

 

2.  Metode 5:2 : Dalam metode ini, Anda makan normal selama 5 hari dalam seminggu dan membatasi asupan kalori sekitar 500-600 kalori pada dua hari lainnya.

 

3.  Metode Eat-Stop-Eat : Metode ini melibatkan puasa selama 24 jam satu atau dua kali seminggu. Misalnya, jika Anda makan malam pada hari Senin, Anda tidak akan makan lagi hingga makan malam pada hari Selasa.


 Manfaat Diet Intermittent  

Diet intermittent menawarkan sejumlah manfaat kesehatan yang didukung oleh penelitian ilmiah:

 

1.  Menurunkan Berat Badan : Salah satu alasan utama orang mencoba diet intermittent adalah untuk menurunkan berat badan. Dengan membatasi jendela makan, Anda secara otomatis mengurangi asupan kalori, yang pada akhirnya membantu menurunkan berat badan (Varady & Hellerstein, 2015).

 

2.  Meningkatkan Sensitivitas Insulin : Penelitian menunjukkan bahwa diet intermittent dapat meningkatkan sensitivitas insulin, yang berarti tubuh lebih efisien dalam menggunakan gula darah, sehingga mengurangi risiko diabetes tipe 2 (Mattson et al., 2017).

 

3.  Meningkatkan Fungsi Otak : Diet ini juga dikaitkan dengan peningkatan fungsi otak. Selama puasa, tubuh meningkatkan produksi protein otak yang dikenal sebagai BDNF (Brain-Derived Neurotrophic Factor), yang mendukung kesehatan neuron dan meningkatkan kognisi (Longo & Mattson, 2014).

 

4.  Memperpanjang Usia : Studi pada hewan menunjukkan bahwa diet intermittent dapat memperpanjang umur dengan cara mengurangi risiko penyakit kronis seperti jantung, kanker, dan gangguan neurodegeneratif (de Cabo & Mattson, 2019).


Risiko dan Efek Samping

Meskipun banyak manfaat yang dijanjikan, diet intermittent juga memiliki beberapa risiko dan efek samping yang perlu diperhatikan:

 

1.  Rasa Lapar Berlebih : Bagi sebagian orang, puasa yang terlalu lama bisa menyebabkan rasa lapar berlebihan, yang dapat berujung pada makan berlebihan saat jendela makan terbuka.

 

2.  Masalah Pencernaan : Pola makan yang berubah drastis bisa mengganggu sistem pencernaan, menyebabkan masalah seperti sembelit, kembung, atau diare.

 

3.  Kehilangan Otot : Jika tidak dilakukan dengan benar, diet ini bisa menyebabkan kehilangan massa otot, terutama jika asupan protein tidak mencukupi selama jendela makan (Morton et al., 2019).

 

4.  Tidak Cocok untuk Semua Orang : Wanita hamil, orang dengan riwayat gangguan makan, atau mereka dengan kondisi kesehatan tertentu sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum memulai diet intermittent.

 

 Cara Melakukan Diet Intermittent dengan Aman  

Jika Anda tertarik mencoba diet intermittent, berikut beberapa tips untuk memulainya dengan aman:

 

1.  Mulai Perlahan : Jika Anda baru pertama kali mencoba diet ini, mulailah dengan metode yang lebih ringan seperti 12/12 atau 14/10 sebelum beralih ke metode yang lebih ketat.

 

2.  Konsumsi Makanan Bergizi : Pastikan makanan yang Anda konsumsi selama jendela makan penuh dengan nutrisi, termasuk protein, serat, vitamin, dan mineral.

 

3.  Minum Air Cukup : Tetap terhidrasi selama periode puasa sangat penting untuk menjaga keseimbangan tubuh dan mencegah dehidrasi.

 

4.  Perhatikan Sinyal Tubuh : Dengarkan tubuh Anda. Jika Anda merasa lelah, pusing, atau tidak nyaman, mungkin Anda perlu menyesuaikan metode atau bahkan mempertimbangkan untuk berhenti.


Diet intermittent bisa menjadi strategi yang efektif untuk menurunkan berat badan dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan. Kisah inspiratif Marshanda yang berhasil menurunkan berat badan hingga 17 kg dengan metode ini menunjukkan bahwa diet intermittent dapat memberikan hasil nyata jika dilakukan dengan disiplin dan konsistensi. Namun, seperti halnya diet lainnya, penting untuk melakukannya dengan hati-hati dan penuh pertimbangan. Konsultasikan dengan profesional kesehatan sebelum memulai untuk memastikan bahwa metode ini cocok untuk Anda.


 Sumber  

  •  de Cabo, R., & Mattson, M. P. (2019). Effects of Intermittent Fasting on Health, Aging, and Disease.  New England Journal of Medicine, 381 (26), 25412551.

  • Longo, V. D., & Mattson, M. P. (2014). Fasting: Molecular Mechanisms and Clinical Applications.  Cell Metabolism, 19 (2), 181192.

  • Mattson, M. P., Allison, D. B., Fontana, L., Harvie, M., Longo, V. D., Malaisse, W. J., ... & Meynet, M. C. (2017). Meal frequency and timing in health and disease.  Proceedings of the National Academy of Sciences, 111 (47), 1664716653.

  • Morton, R. W., Murphy, K. T., McKellar, S. R., Schoenfeld, B. J., Henselmans, M., Helms, E., ... & Phillips, S. M. (2019). A systematic review, metaanalysis and metaregression of the effect of protein supplementation on resistance traininginduced gains in muscle mass and strength in healthy adults.  British Journal of Sports Medicine, 52 (6), 376384.

  • Varady, K. A., & Hellerstein, M. K. (2015). Alternateday fasting and chronic disease prevention: a review of human and animal trials.  American Journal of Clinical Nutrition, 86 (1), 713.

  • MSN. (n.d.). Mengenal diet intermittent fasting yang bikin Marshanda turun BB hingga 17 kg. Diakses pada 13 Agustus 2024, dari https://www.msn.com/id-id/gayahidup/keluarga/mengenal-diet-intermittent-fasting-yang-bikin-marshanda-turun-bb-hingga-17-kg/ar-BB1qRSPk?rc=1&ocid=winp1taskbar&cvid=8a45767132474eb69a7a63052c9f4319&ei=26

Post a Comment

0Comments

Post a Comment (0)